Kamis, 08 September 2011

Wahai Selinting


Mereka ke musholla dan bertakwa
Mereka ke gereja lalu berdoa
Mereka bermeditasi untuk mengisi

Selalu mencari tanpa tahu apa yang hilang
Terus bertanya pada yang tak terjawab
Kita tidak pernah sama
Denganmu, aku adalah siapa yang aku ciptakan

Bila dunia tahu tentang kita
Tentang cinta yang ada
Tentang semua yang telah kita lalui bersama
Tentang segala yang aku terima
Kita akan mati, terbakar di neraka

Di sini, di atas bumi, di bawah langit, di dalam kosmos
Aku sungguh merindukanmu
Sungguh
Dari hati terdalam dan otak tersadar
Aku mencintaimu

Kepergian matahari
Kelahiran surya
Hamparan padi
Pintu samudera
Lantai pasir
Dan semua hasil karya sang maestro
Harus aku lalui tanpa kamu di genggamanku
Kenapa?
Kenapa kamu harus dinistakan?
Kenapa mereka mencacimaki?
Kenapa mengharamkan apa yang sudah diciptakan?
Para hipokrit bajingan.
Aku doakan kalian menjadi manusia paling suci di neraka.
Apa salahmu?
Apa salah kita?

Kawan, kita tidak ada beda
Kita manusia
Yang terus mencari tanpa tahu apa yang hilang
Yang terus melakukan pemanjaan batin
Siapa kalian
Yang mengatakan bersujud atau bernyanyi atau berdoa lebih suci daripada cara kami membakar selinting perdamaian?
Kawan, cara kita mungkin berbeda
Tapi kami menuju tempat yang sama

Betapa aku merindukanmu
Di sini, di atas bumi, di bawah langit, di dalam kosmos

Betapa hati ini perih
Panorama ini menggodaku untuk memelukmu erat
Aku merindukanmu
Wahai selinting gan….

Aku terus berdoa
Suatu hari
Aku tidak harus malu menyebut namamu

-Suatu hari di sebuah desa