Selasa, 18 Juni 2013

[Mimpi Semalam] Ramalan Pertemuan

Mungkin ini salah satu pengalaman spiritual paling menarik seumur hidup saya. Tidak mengandung pencerahan, kata mutiara, atau pun ilustrasi moralis, tapi hanya percumbuan minim nan romantis antara alam bawah sadar dan kekuatan semesta. Berlebihan? Ah mungkin Anda saja yang kekurangan.
          Jadi begini. Hampir saja saya mengeluh akan tema mimpi yang tidak jauh berbeda: reuni. Bukan perhelatan resmi pretensius yang dipenuhi wajah-wajah familiar tapi asing. Kali ini reuni intim dengan sobat lama saya. Saya benar-benar lupa dengan tempat dan adegannya. Tapi yang saya ingat, saya sedang berjalan di abstraksi spasial dan berpapasan dengan kawan akrab yang hampir tidak terhubung samas sekali 2 tahun belakangan ini. Sebut saja AB.
        Saya terkejut sekali melihatnya setelah terpisah lama. Dia menggunakan polo shirt coklat kalau tidak salah. Kemudian kami berbincang. Saya lupa awalnya. Tapi yang saya ingat adalah pertanyaan dari saya: "How is the business?". Sepertinya merujuk pada karir atau pekerjaannya. Anehnya dia tidak menjawab. Bahkan perlahan berjalan menjauh. Tampaknya dia enggan masalah terkait pekerjaannya ini diketahui orang lain. Berakhirlah pertemuan sederhana itu. Terlalu cepat, tapi sangat intim. Hingga saya ingat betul ekspresinya.
        AB,  sekitar 2 tahun yang lalu, meninggalkan Indonesia untuk bersekolah di Eropa. Sejak dia ke sana, komunikasi kami makin terkikis. Hingga sekarang dia sudah pulang, kami nyaris tidak berkontak atau berusaha melakukan kontak. Sebagai orang yang tidak memiliki banyak teman, ini adalah kehilangan besar bagi saya. Seperti itu lah kira-kira.
        Hari berikutnya saya memiliki rencana untuk mengantarkan teman saya yang lain ke Ratu Plaza. Dia meminta tolong semalam sebelumnya. Sebenarnya ajakan ini agak merusak agenda skripsi saya. Tapi setelah saya pikir-pikir: "Skripsi? Yakin?", lantas Ratu Plaza menjadi prioritas. Pergilah saya membangkang dari jadwal saya. Di sana kami mencari semacam aksesoris elektronik. Ketika keluar dari salah satu toko, mimpi saya berlanjut: AB di situ! Kami berbincang sebentar, bertukar sapa dan keterkejutan.
          Ah, siapa sangka mimpi malam ini berlanjut di dunia nyata. Rasanya... seru sekali. Seakan berbicang dengan semesta layaknya sohib kental sambil sesekali menyeruput teh melati hangat di puncak bukit Cikunir Dieng dalam rangka menunggu matahari terbit. Mungkin sepele, tapi tidak pantas dilecehkan.